Donderdag 14 Maart 2013

Apoda-sesilia

Sesilia
 
Sesilia
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Gymnophiona
Müller, 1832





 

Sesilia dari Pekalongan
Sesilia, Gymnophiona atau Apoda adalah ordo amfibia yang bertubuh serupa cacing besar atau ular. Hewan ini amat langka. Selain karena hanya ditemukan di daerah hutan-hutan yang masih baik, sesilia hidup di dalam tanah yang gembur, di dekat sungai atau rawa-rawa; sehingga jarang sekali didapati oleh manusia. Dalam bahasa Jawa mereka disebut ulo duwel.


Anatomi
Ciri-cirinya antara lain tubuh memanjang,, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah Sesilia sama sekali tidak mempunyai kaki, sehingga jenis kecil mirip cacing dan yang besar sepanjang 1,5 m mirip ular. Apoda memiliki ekor kecil atau sama sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang)dan kloakanya dekat ujung badan.
Kulitnya lembut dan berwarna gelap tidak mengkilap, namun beberapa jenis berwarna-warni. Di dalam kulit ada sisik dari kalsit. Karena sisik inilah, sesilia pernah dianggap berkerabat dengan Stegocephalia fosil, namun sekarang hal itu dipercaya karena perkembangan sekunder dan kedua kelompok itu tidak mungkin berkerabat.
Kulitnya juga memiliki banyak lipatan berbentuk cincin, yang sebagian menutupi tubuhnya sehingga mereka nampak beruas-ruas. Seperti amfibia lain, di kulitnya ada kelenjar yang mensekresikan racun untuk mengusir pemangsa. Sekresi kulit Siphonops paulensis telah ditunjukkan memiliki sifat hemolisis.
Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang mereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung (Bonine et al., 2004).
Anatomi sesilia sangat teradaptasi pada kehidupan dalam tanah. tengkoraknya kuat dengan moncong meruncing untuk mendesak jalan melalui tanah atau lumpur. Pada banyak spesies, jumlah tulang di tengkorak tereduksi dan berpadu bersama, mulutnya berada di bagian bawah kepala. Ototnya teradaptasi untuk mendesak jalan mereak melalui tanah, dengan kerangka dan otot dalam bertindak sebagai piston dalam kulit dan otot luar. Hal ini memungkinkan binatang ini menambatkan ujung belakangnya di tempat, dan mendesak kepala ke depan, lalu menarik bagian tubuh lain untuk mencapainya dalam gelombang. Di air atau lumpur sangat cair, sesilia berenang mirip belut. Sesilia famili Typhlonectidae hidup di air dan juga sesili terbesar. Wakil famili ini punya sirip berdaging di sepanjang bagian belakang tubuhnya, yang menambah kemampuan mendorong di air.
Semua sesilia, kecuali yang paling primitif, mempunyai dua perangkat otot untuk menutup rahang yang pada vertebrata lain ada sepasang. Hal ini lebih berkembang lagi pada sesilia penghuni tanah efisien, dan nampaknya membantu tengkorak dan rahangnya tetap kaku.
Karena kehidupan bawah tanahnya, mata sesilia berukuran kecil dan ditutupi kulit yang melindunginya dimana hal ini membuat salah pengertian bahwa sesilia buta. Hal ini tidak mesti benar, meskipun penglihatannya terbatas pada persepsi gelap-terang sederhana. Semua sesilia memiliki sepasang tentakel yang berada di anatra mata dan lubang hidung. tentakel ini mungkin digunakan untuk kemampuan penciuman kedua, selain indera penciuman normal di hidungnya.
Kecuali spesies tak berparu-paru Atretochoana eiselti yang hanya diketahui dari dua spesimen yang dikumpulkan di Amerika Selatan, semua sesilia mempunyai paru-paru, namun juga menggunakan kulit dan mulutnya, untuk untuk menyerap oksigen. Seringkali paru-paru kiri lebih kecil daripada paru-paru kanan, suatu adapatsi kepada bentuk tubuh yang juga ditemukan pada ular.
Penyebaran
Sesilia ditemukan pada kebanyakan wilayah tropis di Asia tenggara, Afrika, kepulauan Seychelles dan Amerika Selatan, kecuali daerah kering dan pegunungan tinggi. Di Amerika Selatan penyeebaran mereka juga meluas ke daerah sejuk di utara Argentina. Mereka dapat ditemukan ke selatan hingga sejauh Buenos Aires, saat mereka terbawa banjir sungai Parana jauh di utara. Tidak ada studi tentang mereka di Afrika tengah, tetapi sesilia mungkin ada di hutan tropis di sana. Sebaran paling utara adalah spesies Ichthyophis sikkimensis di India utara. Di Afrika, sesilia ditemukan dari Guinea Bissau (Geotrypetes) hingga Zambia Utara (Scolecomorphus). Di Asia Tenggara, penyebarannya tidak menyeberangi garis Wallace, mereka juga tidak ditemukan di Australia atau pulau-pulau di antaranya. Ichthyophis juga ditemukan di Cina Selatan dan Vietnam Utara. Mereka juga ditemukan di Selandia Baru
Menurut Djoko T. Iskandar dalam bukunya Amfibi Jawa dan Bali (1998), sesilia yang ditemukan di Indonesia tergolong ke dalam dua marga (genus). Ialah marga Caudacaecilia yang menyebar di Kalimantan dan Sumatra, dan marga Ichthyophis yang didapati di Kalimantan, Sumatra dan Jawa.


Reproduksi

Perawatan ibu Ichthyophis
Sesilia merupakan satu-satunya ordo amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva. Larvanya tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air.
75% spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus.
Spesies Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya dengan mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa. hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak itu diamati hanya makan pada malam hari. Dulu anak muda itu dianggap hidup dari caiarn sekresi dari ibunya.[7]
Beberapa larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera tanggal. Ichthyophis bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.

Habitat dan Makanan
Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembab. Tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang bertimbun; dan di dekat kolam atau rawa. Makanan sesilia tidak begitu diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrata yang ditemukan di habitat masing-masing spesies. Isi perut 14 spesimen Afrocaecilia taitana terdiri dari bahan organik dan tetumbuhan yang tak dapat ditentukan. Dimana sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang ditemukan adalah kepala rayap. Meski diperkirakan bahwa bahan organik tak tentu itu menunjukkan bahwa sesilia makan detritus, yang lain percaya bahwa ini merupakan sisa-sisa cacing tanah.
Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat (Typhlops). Di dalam tangkaran, sesilia mau memakan lalat yang dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam kandangnya.
Nama
Nama sesilia berasal dari bahasa Latin caecus = buta, merujuk pada matanya yang kecil atau tidak ada. Nama itu berasal dari nama taksonomis dari spesies pertaa yangdideskripsikan Carolus Linnaeus, yang diberi nama Caecilia tentaculata. Nama taksonomis ordo ini berasal dari bahasa Yunani γυμνος (gymnos, telanjang) dan οφις (ophis, ular), karena mulanya sesilia dianggap berkerabat dengan ular.
Taksonomi

Sesilia dari kebun binatang San Antonio
Secara taksonomis sesilia dibagi menjadi 6 familia. Jumlah spesies adalah rata-rata dan banyak dari spesies ini diidentifikasi hanya berdasarkan satu spesimen. Hampir pasti bahwa tidak semua spesies telah dideskripsikan, dan bahwa beberapa spesies yang dideskripsikan di bawah sebagai spesies berbeda mungkin dipadukan menjadi satu spesies pada pengklasifikasian ulang nanti.
Dari tiga jenis sesilia yang pernah dilaporkan dari Jawa, yakni Ichthyophis hypocyaneus Boie (1827), I. javanicus Taylor (1960) dan I. bernisi Salvador (1975), Iskandar (1998) menyebutkan bahwa hanya I. hypocyaneus yang meyakinkan, dan dianggap sebagai satu-satunya jenis sesilia di Jawa.
·         Ichthyophis sp.
Gymnophiona memiliki warna coklat atau biru keunguan. Tidak semua Gymnophiona memiliki garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Ada perbedaan antara juvenil dan dewasa. Untuk Gymnophiona juvenil masih memiliki insang external dan mulut tidak terlalu lebar. Juvenil masih memiliki ekor yang termodifikasi untuk beradptasi di lingkungan air.
Order Gymnophiona di Jawa terdiri dari 2 family yaitu:
1.      Family Caeciliaidae
Family Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali oleh peneliti (Zug, 1993).
 Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al., 1998)
2.      Family Ichthyophiidae

Pada family ini, spesies-spesiesnya memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).
Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998).

Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
Keuntungan dan kerugian:
Keuntungan :
·         Menjadi pengurai dalam lingkungan
·         Menjaga rantai makanan
      Kerugian :
·         Beracun pada bagian kulit sehinnga berbahaya
·         Jika berkurang/ hilang dari habitat dapat merusak rantrai makanan
·         Predator pada serangga
Evolusi
Sedikit yang diketahui tentang sejarah evolusi sesilia, yang hampir tidak meninggalkan catatan fosil. Yang diperkirakan dari sedikit fosil adalah bahwa mereka hanya sedikit berubah selama jutaan tahun. Fosil paling awal yang diketahui berasal dari periode Jurasik. Genus primitif ini, Eocaecilia, memiliki kaki kecil dan mata yang berkembang


Sumber:
3.       Anonim.tanpa tahun.http://matthewbyrne01.blogspot.com/.di unduh 18/03/2011
4.      Anonim.tanpa tahun .http://id.wikipedia.org/wiki/Sesilia. di unduh 18/03/2011
5.       Anonim.tanpa tahun .http://en.wikipedia.org/wiki/Caecilian. di unduh 18/03/2011
6.      Storrer TI dkk,dwisann evi,2010. Dasar-dasar zoology.binarupaaksara,Tangerang