Sesilia
Sesilia
|
|
||||||||
Klasifikasi ilmiah
Familia
|
|||||||||
Sesilia
dari Pekalongan
Sesilia,
Gymnophiona atau Apoda adalah ordo amfibia yang bertubuh serupa cacing besar atau
ular. Hewan ini amat langka. Selain karena hanya ditemukan di daerah
hutan-hutan yang masih baik, sesilia hidup di dalam tanah yang gembur, di dekat
sungai
atau rawa-rawa;
sehingga jarang sekali didapati oleh manusia. Dalam bahasa Jawa
mereka disebut ulo duwel.
Anatomi
Ciri-cirinya antara lain tubuh
memanjang,, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki
annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah Sesilia sama sekali tidak
mempunyai kaki,
sehingga jenis kecil mirip cacing dan yang besar sepanjang 1,5 m mirip ular. Apoda
memiliki ekor kecil atau sama sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil
sekali (biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang)dan kloakanya
dekat ujung badan.
Kulitnya
lembut dan berwarna gelap tidak mengkilap, namun beberapa jenis berwarna-warni.
Di dalam kulit ada sisik
dari kalsit. Karena sisik inilah, sesilia pernah
dianggap berkerabat dengan Stegocephalia fosil, namun sekarang hal itu
dipercaya karena perkembangan sekunder dan kedua kelompok itu tidak mungkin
berkerabat.
Kulitnya juga memiliki banyak lipatan
berbentuk cincin, yang sebagian menutupi tubuhnya sehingga mereka nampak
beruas-ruas. Seperti amfibia lain, di kulitnya ada kelenjar yang mensekresikan
racun untuk mengusir pemangsa. Sekresi kulit Siphonops paulensis telah
ditunjukkan memiliki sifat hemolisis.
Apoda juga memiliki tengkorak yang
keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang
mereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies
yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ
yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung
(Bonine et al., 2004).
Anatomi sesilia sangat teradaptasi pada
kehidupan dalam tanah. tengkoraknya kuat dengan moncong meruncing untuk
mendesak jalan melalui tanah atau lumpur. Pada banyak spesies, jumlah tulang di
tengkorak tereduksi dan berpadu bersama, mulutnya berada di bagian bawah
kepala. Ototnya teradaptasi untuk mendesak jalan mereak melalui tanah, dengan
kerangka dan otot dalam bertindak sebagai piston dalam kulit dan otot luar. Hal
ini memungkinkan binatang ini menambatkan ujung belakangnya di tempat, dan
mendesak kepala ke depan, lalu menarik bagian tubuh lain untuk mencapainya
dalam gelombang. Di air atau lumpur sangat cair, sesilia berenang mirip belut.
Sesilia famili Typhlonectidae hidup di air dan juga sesili terbesar.
Wakil famili ini punya sirip berdaging di sepanjang bagian belakang tubuhnya,
yang menambah kemampuan mendorong di air.
Semua sesilia, kecuali yang paling
primitif, mempunyai dua perangkat otot untuk menutup rahang yang pada
vertebrata lain ada sepasang. Hal ini lebih berkembang lagi pada sesilia penghuni
tanah efisien, dan nampaknya membantu tengkorak dan rahangnya tetap kaku.
Karena kehidupan bawah tanahnya, mata sesilia berukuran kecil dan ditutupi
kulit yang melindunginya dimana hal ini membuat salah pengertian bahwa sesilia
buta. Hal ini tidak mesti benar, meskipun penglihatannya terbatas pada persepsi
gelap-terang sederhana. Semua sesilia memiliki sepasang tentakel yang berada di
anatra mata dan lubang hidung. tentakel ini mungkin digunakan untuk kemampuan penciuman kedua, selain indera penciuman normal
di hidungnya.
Kecuali spesies tak berparu-paru Atretochoana eiselti
yang hanya diketahui dari dua spesimen yang dikumpulkan di Amerika Selatan,
semua sesilia mempunyai paru-paru,
namun juga menggunakan kulit dan mulutnya, untuk untuk menyerap oksigen. Seringkali paru-paru kiri lebih kecil
daripada paru-paru kanan, suatu adapatsi kepada bentuk tubuh yang juga
ditemukan pada ular.
Penyebaran
Sesilia ditemukan pada kebanyakan
wilayah tropis di Asia tenggara,
Afrika,
kepulauan Seychelles
dan Amerika Selatan,
kecuali daerah kering dan pegunungan tinggi. Di Amerika Selatan penyeebaran
mereka juga meluas ke daerah sejuk di utara Argentina. Mereka dapat ditemukan
ke selatan hingga sejauh Buenos Aires, saat mereka terbawa banjir sungai Parana jauh di utara. Tidak ada studi tentang
mereka di Afrika tengah, tetapi sesilia mungkin ada di hutan tropis di sana.
Sebaran paling utara adalah spesies Ichthyophis sikkimensis di India
utara. Di Afrika, sesilia ditemukan dari Guinea Bissau (Geotrypetes)
hingga Zambia Utara (Scolecomorphus). Di Asia Tenggara, penyebarannya
tidak menyeberangi garis Wallace,
mereka juga tidak ditemukan di Australia atau pulau-pulau di antaranya. Ichthyophis juga ditemukan di Cina Selatan dan
Vietnam Utara. Mereka juga ditemukan di Selandia Baru
Menurut
Djoko T. Iskandar dalam bukunya Amfibi Jawa dan Bali (1998), sesilia yang
ditemukan di Indonesia tergolong ke dalam dua marga (genus). Ialah marga Caudacaecilia
yang menyebar di Kalimantan dan Sumatra, dan marga Ichthyophis yang
didapati di Kalimantan, Sumatra dan Jawa.
Reproduksi
Perawatan
ibu Ichthyophis
Sesilia merupakan satu-satunya ordo
amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang
dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia
ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies,
sesilia sudah bermetamorfosis
saat menetas; yang lain menetas menjadi larva. Larvanya tidak sepenuhnya hidup
di air, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air.
75% spesies vivipar, yang artinya
mereka melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh
betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus.
Spesies Boulengerula taitanus
yang bertelur memberi makan anaknya dengan mengembangkan lapisan luar kulit
yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa.
hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu.
Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu yang diperlukan lapisan baru untuk
tumbuh, dan anak itu diamati hanya makan pada malam hari. Dulu anak muda itu
dianggap hidup dari caiarn sekresi dari ibunya.[7]
Beberapa larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera
tanggal. Ichthyophis bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat
anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.
Habitat
dan Makanan
Sesilia menyukai tempat-tempat yang
basah atau lembab. Tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu
atau serasah yang bertimbun; dan di dekat kolam atau rawa. Makanan sesilia
tidak begitu diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan
invertebrata yang ditemukan di habitat masing-masing spesies. Isi perut 14
spesimen Afrocaecilia taitana
terdiri dari bahan organik dan tetumbuhan yang tak dapat ditentukan. Dimana
sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang ditemukan adalah kepala rayap.
Meski diperkirakan bahwa bahan organik tak tentu itu menunjukkan bahwa sesilia
makan detritus, yang lain percaya bahwa ini merupakan
sisa-sisa cacing tanah.
Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat (Typhlops). Di dalam tangkaran,
sesilia mau memakan lalat
yang dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam kandangnya.
Nama
Nama sesilia berasal dari bahasa
Latin
caecus = buta,
merujuk pada matanya yang kecil atau tidak ada. Nama itu berasal dari nama
taksonomis dari spesies pertaa yangdideskripsikan Carolus Linnaeus,
yang diberi nama Caecilia tentaculata. Nama taksonomis ordo ini berasal
dari bahasa Yunani
γυμνος (gymnos, telanjang) dan οφις (ophis, ular), karena mulanya
sesilia dianggap berkerabat dengan ular.
Taksonomi
Sesilia
dari kebun binatang San Antonio
Secara taksonomis sesilia dibagi
menjadi 6 familia. Jumlah spesies adalah rata-rata dan banyak dari spesies ini
diidentifikasi hanya berdasarkan satu spesimen. Hampir pasti bahwa tidak semua
spesies telah dideskripsikan, dan bahwa beberapa spesies yang dideskripsikan di
bawah sebagai spesies berbeda mungkin dipadukan menjadi satu spesies pada
pengklasifikasian ulang nanti.
- Sesilia Berparuh (Rhinatrematidae) - 2 genera, 9 spesies
- Sesilia ikan (Ichthyophiidae) - 2 genera, 39 spesies
- Sesilia India (Uraeotyphlidae) - 1 genus, 5 spesies
- Sesilia Tropis (Scolecomorphidae) - 2 genera, 6 spesies
- Sesilia Akuatik (Typhlonectidae) - 5 genera, 13 spesies
- Sesilia Umum (Caeciliidae) - 26 genera, 99 spesies
Dari tiga jenis sesilia yang pernah
dilaporkan dari Jawa, yakni Ichthyophis hypocyaneus Boie (1827), I.
javanicus Taylor (1960) dan I. bernisi Salvador (1975), Iskandar
(1998) menyebutkan bahwa hanya I. hypocyaneus yang meyakinkan, dan
dianggap sebagai satu-satunya jenis sesilia di Jawa.
·
Ichthyophis
sp.
Gymnophiona memiliki warna coklat atau
biru keunguan. Tidak semua Gymnophiona memiliki garis lateral berwarna kuning.
Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral ada yang
berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara mata dan
lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi
ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah
dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai
Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian bawah
mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family
Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Ada perbedaan antara juvenil dan
dewasa. Untuk Gymnophiona juvenil masih memiliki insang external dan mulut tidak
terlalu lebar. Juvenil masih memiliki ekor yang termodifikasi untuk beradptasi
di lingkungan air.
Order Gymnophiona di Jawa terdiri dari
2 family yaitu:
1.
Family
Caeciliaidae
Family Caeciliaidae merupakan family
dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini terdiri
dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara lain
Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India.
Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali
oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua
anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies
mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan
tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada
beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang
lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi
oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau
tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan
nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah
terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae ada yang
bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar
(Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur
meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup
bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan
telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan hewan
yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah
hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak
terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh
yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik
terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family ini memiliki
pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al., 1998)
2.
Family
Ichthyophiidae
Pada family ini, spesies-spesiesnya memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).
Daerah persebarannya meliputi India,
Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan
Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan
sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998).
Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
Keuntungan
dan kerugian:
Keuntungan
:
·
Menjadi
pengurai dalam lingkungan
·
Menjaga
rantai makanan
Kerugian :
·
Beracun
pada bagian kulit sehinnga berbahaya
·
Jika
berkurang/ hilang dari habitat dapat merusak rantrai makanan
·
Predator
pada serangga
Evolusi
Sedikit yang
diketahui tentang sejarah evolusi sesilia, yang hampir tidak meninggalkan
catatan fosil.
Yang diperkirakan dari sedikit fosil adalah bahwa mereka hanya sedikit berubah
selama jutaan tahun. Fosil paling awal yang diketahui berasal dari periode Jurasik.
Genus primitif ini, Eocaecilia,
memiliki kaki kecil dan mata yang berkembang
Sumber:
3.
Anonim.tanpa tahun.http://matthewbyrne01.blogspot.com/.di
unduh 18/03/2011
4.
Anonim.tanpa tahun .http://id.wikipedia.org/wiki/Sesilia.
di unduh 18/03/2011
5.
Anonim.tanpa tahun .http://en.wikipedia.org/wiki/Caecilian.
di unduh 18/03/2011
6.
Storrer TI dkk,dwisann evi,2010.
Dasar-dasar zoology.binarupaaksara,Tangerang